Sangat klasik dan memang menjadi persoalan yang selalu menjadi pasang surutnya seorang kativis dakwah. Ya, dimana sebagai seorang ikhwan yang telah menginfaqkan jiwa dan raganya di jalan Allah, siap menorehkan tinta hitam dalam perjalanan cerita perjuangan dakwah, baik di sekolah, di kampus, bahkan yang lebih dahsyat lagi nantinya di dunia kerja dan masyarakat. Bahkan, seorang ikhwan yang siap menorehkan tinta merah dengan darahnya…untuk menghabiskan dan mengakhiri perjuangan dakwahnya sebagai tanda kesungguhan dan pengorbanannya. Namun, dalam perjalanannya, tinta merah jambu pun sempat tertuang…apakah itu tersengaja maupun tidak.
Nah, setidaknya bagi seorang ikhwan yang zuhud, atau paham benar dg konsep hijab, dia tidak akan pernah melakukan toleransi terhadap hal yang satu ini. Dia akan mati-matian membela prinsipnya, di akan lebih siap mendapatkan cap “kaku” dan “nggak gaul” daripada harus bertoleransi masalah hijab. Nahh,, inilah sering kali yang terlupakan oleh para aktivis dakwah. Dengan beraneka kondisi, dari yang terpaksa ada sampai yang diada-adain, dari yang urusan kuliah sampai urusan kepanitiaan, akhirnya mereka mau tidak mau terpaksa sedikit bertoleransi dengan hijab, karena klo dalam mentoring, nggak mungkin ada pertemuan yang intens berlawanan jenis.
Tiada salahnya memang memilih untuk bertoleransi dengan hijab, namun sesungguhnya dengan memilih pilihan itu, aktivis dakwah sungguh paham dan sadar betul bahwa peluang tergores oleh tinta merah jambu itu semakin terbuka lebar…namun, sesungguhnya sebagai aktivis dakwah yang masih keukeuh memegang prinsip hijab, dia tidak akan membiarkan barang se-“sriit” pun itu tinta berwarna merah jambu tergores karena kesengajaan. Sekali lagi karena kesengajaan. Karena demi dzat yang menguasai hati ini, tergores oleh tinta itu adalah kepastian fitrah, namun selanjutnya, membentuk kalimat yang memabukkan atau tidak, itu adalah pilihan. Yap….lagi lagi pilihan….
Nah..untuk aktivis dakwah yang tegas, yang tahu dan yang paham akan garis batas komunikasi dg lawan jenis, tidak akan dibahas dalam tulisan ini, karena hijab mereka masih kokoh, dan teguh dipertahankan. Mereka tahu seperti apa kalimat yang tepat untuk berkomunikasi dengan lawan jenisnya, mereka tahu bagaimana memilih kata-kata yang tidak bermakna ambigu dan terkesan memancing, mereka lebih tahu bagaimana bercanda dg lawan jenis baik melalui sms maupun melalu interkasi langsung. Justru karena tahu, maka mereka taat pada garis itu. Ini adalah wujud menghargai ilmu yang mereka pahami ttg hijab, yaitu dg cara mengimplementasikan sebaik mungkin. Bagi yang paham tapi ga diimplementasiin, berarti tidak menghargai ilmu mereka sendiri, karena sesungguhnya hisab orang yang tahu tapi ga meu tahu lebih berat dari pada orang yang tidak tahu (bodoh).
Sedikit refernsi bahwa, aktivis dakwah pada katagori ini, cara bersikap dan frame dialognya bisa antum lihat pada catatan ini… http://www.facebook.com/notes/siska-rahayu/ketika-ikhwah-jatuh-cinta/136979973471 ,,sangat santun dan halus seperti masyarakat keraton. Dan sesungguhnya seperti itulah ”iklim” ukhuwah dalam islam, lebih sempit lagi dalam aktifitas dakwah.
Untuk para aktivis dakwah, yang tidak termasuk dalam deskripsi di paragraf sebelumnya, ini lah mereka….mereka yang bertoleransi tentang hijab.
Baik, kita kupas satu persatu. Kita urutkan dari tingkat paling atas, tingkat dimana mereka paham dan tahu ilmunya, dan mereka paham dan tahu apa yang mereka lakukan. Katagori ini kita beri angka 3. Rangenya, semakin kecil, semakin worst level hijabnya. Aktivis dakwah yang masuk dalam katagori ini melakukan interaksi yang intens dg lawan jenis karena terlibat dalam urusan organisasi maupun kepanitiaan. Aktivis dakwah ini akan sangat menjaga image (jaim), kredonya adalah ”klo seorang ikhwan/akhwat, pasti jaga hijab”. Meraka akan berusaha sepenuhnya untuk menghindari pertemuan intens, namun sesungguhnya mereka menginginkannya. Sikap mereka cenderung kebanyakkan adalah pemalu, dan biasanya banyak melakukan hal-hal yang sebenarnya jauh lebih berat namun tetap mereka lakukan demi menjaga image (kredo)nya. Dan apabila sekali terkena coretan tinta merah jambu, ”sreeet”… mereka ini akan cenderung untuk menyimpan, dan menjaganya agar tidak menjadi semakin melebar, sering salting atau canggung ketika bertemu dalam rapat atau acara lain. Tapi disisi lain, ternyata mereka menikmatinya, akar tinta itu semakin membasahi tumpukan lembaran kertas kehidupannya. Ikhwan/akhwat katagori ini akan sedikit memberikan bumbu dan makna ambigu dalam melakukan komunikasinya. Hmmm…bahasa kerennya mungkin adalah ”memberi harapan”. dan sesekali curi-curi perhatian, curi2 pandang.. ((idih,,, nakall..yach??? ) :)
Klo dalam hal sms, mereka ini menggunakan bahasa-bahasa yang tidak langsung, memiliki makna ambigu atau tersembunyi, mempunyai pesan tersembunyi dibalik kata-katanya. Meraka ini sangat paham dengan ilmu komunikasi bahwa ”setiap kata adalah motif”. Bagi ikhwan / akhwat katagori ini, tanpa janjian pun, mereka akan tahu dan paham dengan sendirinya bagaimana makna sesungguhnya dibalik kata-kata yg ada di sms yang disampaikan. Tahu kenapa begitu?? Karena mereka sama-sama paham akan ilmunya, ilmu hijab. Namun merindukan coretan tinta merah jambu, dan sekali lagi, ingin mencoba menikmatinya…. *meski ga jls*….
Nah, ini sedikit contoh sms dari ikhwan atau akhwat pada katagori ini adalah sebagai berikut ::
bagi para ikhwan, kira2 seperti ini smsnya yg mereka kirim ke akhwat:
”dear Allah, please give bla bla bla…. to the person who reads this msge and her/his lovely family”
“shobahul khoir ukhty, gimana kabar? persiapan kepanitiaan itu udah? LPJ bgmn? O y, tugas FFF udah selesai? Jangn sampai melalaikan tugas kuliah jg yah… Semangat!!!”
“yaa fulan…(biasanya memanggil panggilan nama yang dia sukai)..ana percaya ukh bisa melaluinya dg baik, yakin pada Allah, dan ana akan sll siap membantu ukh… semangat!!! “
Bagi para akhwat, seperti ini kira-kira smsnya:
“Mlm yang indah, smga waktu yang kita lalui hari ini penuh dengan berkahNya.. sungguh apapun yang terjadi padamu akhi, tak pernah ada yang sia-sia..Semangat!!”
“allah memebrikan kekurangan dan kelebihan setiap insan. Jika ada kekurangan pada satu hal, maka pasti memiliki kelebihan yang lain, keep hamasah..!!!”
”pagi yg cerah, ku syukuri anugerah terindah, karena kau telah menorehkan sejarah dalam kisah hidup seorang (sebut saja) Bunga,, demi perbaikan diri, mohon nasehat akhi,,”
Kalau dilihat sekilas, sms ini adalah kata2 hikmah dan tausiyah yang benar, namun kalimat ini memiliki ”motif” tingkat tinggi. Sadar atau tidak sadar, pelaku menaruh motif tingkat tinggi. Apalagi klo semakin intens dikirimkan sms2 semacamnya. Dan paling mendasar dalam katagori ini, si ikhwan/akhwat ini akan rutin memberikan tausyah pada sesorang yang dengan si dia…mereka bisa dibilang ”sedang menikmati ketidakjelasannya” :D ….
ya, sekali lagi, benar… SMSnya adalah tausyah, tapi dg memberikan kepada lawan jenis, itu akan menimbulkan pertanyaan besar. Kira2 ini pertnayaannya : ”wah, sms nya bagus baget, tapi kok ane ya yang dikirimin?wah khusnudzan aja, pasti yang lain juga dikirimin…” beberapa dari mereka merasa risih, pasti..
”hmm??kok minta nasehat ane ya? Berarti dia menganggap ane bisa diandalkan..atau bla bla bla…”
nah lhoo..akhirnya jadi Ge eR dan berharap ga jelas…
Ciri-ciri lainnya, apabila ada komplain yang sedikit menyinggung mereka tentang hijab, beberapa dari mereka akan membela diri dengan mengatakan ”ini adalah tuntutan profesionalisme”.
***
Katagori dg skor 2 :
Mereka adalah aktivis dakwah, paham dengan ilmu hijab, dan sangat berharap lurus-lurus saja. Namun, kondisi akar si merah jambu tadi sudah terlanjur menjalar kemana-mana dan menghujam dalam. Di sisi lain, mereka ini tetap berusaha untuk tidak mengungkapkan, meski beberapa dari mereka (banyak juga sih..), tergolong main tek-tek-an (bidik-bidikan). Ini ma itu, itu ma ono. Menikmati namun tidak ingin memperjelas karena banyak alasan, takut ini itu, pertimbangan ini itu.
Dalam hal berinteraksi, mereka ini bisa dibilang paling profesional, karena di depan umum seolah tidak ada apa apa.
Nahh…!!! ini lah tingkat toleransi berhijab yang buruk… mereka ini sudah terbiasa dengan interaksi intens dan dekat satu sama lain.. dan apabila ada komplain, sekali lagi, bendera pembelaan mereka adalah ”tuntutan profesionalitas”. Contoh dialog sms nya :
Ikhwan : ”aslm, princess, udah nympe rumah?? O ya, dengar2 ada yang mengkhitbah ntum?bnr nih???”
Akhwat : “wlkmslm, nyampe jln. YY akhi…hah?kata siapa? Memang klo ada kenapa?? Seorang … (biasanya nyebut julukan ikhwan tsb) tidak akan cemburu kan…?”
Ikhwan : “wah, bisa perang dunia ini, duuhh …bla bla bla..”
Dialog diatas mengandung unsur bercanda, bahkan ada yang lebih parah dengan mengistilahkan diri mereka masing2 dg sebutan ”mama” dan ”papa” dan julukan2 lain yang menjurus kesana. Na’udzubillah….
Level candaan ini sangat tidak bisa ditolelir, karena pasti akan menimbulkan efek psikologis yang serius. Apakan itu semakin memperdekat hubungan, semakin Pe-Ue(posisi uenak.red) dengan kondisi kedekatan itu, dan PASTI, intensitas sms yang serupa akan semakin meningkat, pasti…!! karena satu hal yang telah terjadi pada diri mereka, BERKURANGNYA RASA MALU.. ingat, malu adalah salah satu ciri memperlihatkan keimanan seseorang.
Nahh..ketika mereka mendapat komplain masalah bercandaan ini, bendera pembelaan mereka adalah “kedewasaan”.
Ada juga versi dialog yang tidak dalam kondisi bercanda, seperti ini cuplikannya :
“Aslm. Apa kbr? Ukhti, ana sungguh kagum dgn semangat anti. Amanah anti di mana-mana namun semuanya bisa tetap tawazun. Anti benar-benar mujahidah tangguh. Tetep semangat ya Ukhti!”
“Salut sama Ukhti! Anti sungguh militan. Hujan deras seperti itu datang rapat dgn jalan kaki. Jaga kesehatan ya. Ana nggak rela klo Anti sampai jatuh sakit…”
bener kan???hayoo…
**
Katagori dg skor 1 :
Aktvis dakwah, namun terang-terangan melakukan pacaran. Kenapa dibilang pacaran? Karena sudah tidak dapat dicari lagi padanan kata yang tepat untuk mendeskripsikan mereka yg ada di dalam katagori ini.
Contoh dialog sms dari mereka seperti ini :
“aslm, princess, kaifahal? lag dimana?Oh ya ttg laporan ini itu gimana? Jangan lupa maem yahh..”
“wlkmslm, ya akhy,ana bikhoir, aa gimana? ana lagi dijalan, Aa juga jangan lupa maem, O y, afwan laporan XX blom?duh afwan, gimana ni?”
“oh, ya udah gpp deh, nti aa bantuin sekalian, ketemuan di tmpat Y ya.. aa tunggu, princess… TTDJ yahh..“
Akhwt: “aslmkm, aa, lagi BT nih, butuh tausyah… aa lagi dimana?lg apa?”
Ikhwan : “wlkmslm, ukhtyQw yang maniss, hidup hanya sekali… (bla bla bla…berisi nasehat).. sabar yahh…saatnya pasti tiba kok.. yah.... aa dirmh, cuci piring, wah kpan ya piring ini udah ada yg nyuciin..?? “
Ikhwan : “if there are 100 persons who admire u, I must be a part of ‘em, if there are 10 persons who admire u, I must be part of ‘em…if just one person who admire u in the wolrd, it must be me…”
Akhwat : “jika tidak ada seorangpun didunia ini yang mengagumimu, pasti diriku sudah meninggal saat itu… “
Akhwat: “Aww. Apa kabar? Akhi, sedang ngapain nih? Sudah makan belum? Jangan sampai lupa makan ya..”
Ikhwan: “Www. Alhamdulillaah, menjadi jauh lebih baik setelah Anti SMS ^_^. Ane sedang memikirkan seorang bidadari dunia yang begitu anggun mempesona. Hmm… ane belum makan, tapi dah gak terasa lapar klo ingat sama Anti…”
Dan masih ada yang lebih ekstrim lagi…ini nihh…
“Aww. Wah .. Anti makin terlihat anggun dengan jilbab biru tadi…”
“Assalaamu ‘alaikum. Apa kbr? Lama nggak kontak ya. Ane kangen ma suara Anti…”
“ … Ane janji akan menikahi Anti setelah lulus nanti ….”
Ini adalah referensi bagus dengan untuk mendeskripsikan semuanya, pada catatan ini : http://www.facebook.com/photo.php?pid=914222&id=1151390281#/notes/-/membongkar-rahasia-oknum-ikhwan-aktivis-dakwah/185547893151 , penyampaiannya sangat jelas…
Nah, ketiga katagori di atas, semuanya adalah terbelenggu dalam tinta merah jambu, sudah bisa dibilang pacaran, hanya cara dan modelnya saja yang berbeda, hanya orang-orangnya (komunitasnya) saja yang berbeda. Dan semua interaksinya, dalam melakukan pekerjaan, dalam beramal, dll, sudah menjadi pamrih, tidak ikhlas lagi. Pamrih ingin dilihat si dia, ingin ini dan itu, dll. Ini akan melunturkan pahala kita, akan membuat semua yang kita lakukan sia-sia dimataNya. na’udzubillaah…
Sebagai aktivis dakwah, kita masih terlalu memanjakan hati. Maksudnya sih bertoleransi, tapi jadinya jatuh hati..ini bahaya…kata orang bijak, lebih baik mencegah dari pada mengobati..
berikut ada beberapa nasehat baik, monggo diwaos..
* bagi ikhwan yang masih kurang bisa membiarkan ada akhwat yang sedang menghadapi masalah sehingga butuh perhatian dan nasehat, antum sebagai seorang ikhwan akan lebih bijaksanan apabila disampaikan melalui sahabat dari akhwat tersebut, shg dia tidak merasa mendapatkan perhatian dari ikhwan tertentu. Untuk akhwat juga begitu, berlaku sebaliknya. Ada cara lain yang lebih baik lagi yaitu dengan melaporkannya pada murabbi-nya, agar murabbi/murabbiyahnya saja yang menasehatinya.
* begitu juga dengan bab curhat, bagi ikhwan dan akhwat sekalian, kalau curhat, jangan ke lawan jenis..ini berpotensi menumbulkan fitnah.. kalau curhat mending ke ustad siapa gitu atau ke murabbi dan murabbiyah nya masing.. itulah gunanya murabbi, ustadz, menjadi tempat curhat dan pemberi solusi secara syar’i.
* bab belajar, apapun materi belajarnya, apakah ngaji Qur’an, belajar ilmu alam, belajar lain-lain, apabila memungkinkan, hendaknya mencari guru yang sejenis(akhwat untuk akhwat, ikhwan untuk ikhwan), usaha maks dulu. Kalau tetap susah, paling tidak ada batasannya atau masih diusahakan menuju ke arah sana..
Cara-cara tersebut di atas dianggap lebih ahsan, aman, dan arif.
Begitulah..
ikhwah fillah..sesungguhnya dien ini sangatlah indah…semuanya sudah ada aturannya..Semoga kita diberikan kebesaran hati untuk selalu ikhlas dan sabar, karena semuanya akan terasa lebih indah pada waktunya.
Semoga bermanfaat
copyright by http://agastya.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Translate
Labels
Links
Friends Blogs
-
Bioinformatika dan Penerapannya11 tahun yang lalu
-
Praktikum AP 1 Pertemuan 715 tahun yang lalu
-
Followers
Mengenai Saya
cari disini
My Facebook
Feedjit
Wp Theme by template blogger | Blogger Template by faris vio
0 komentar:
Posting Komentar